"Ji, jujur aku nggak bisa lagi menahan semua perasaan yang meluap-luap ini,"
ucapku kikuk pada sosok lelaki kurus semampai yang sedang berdiri kaku di
hadapanku.
"Jadi?" tanyanya dengan kikuk pula.
"Aku rasa, kamu sudah tahu tentang isi hati aku. Kalau boleh jujur, kamu itu
cinta pertama aku. Kamu bisa membuat aku mengerti cinta yang sebenarnya.
Dan...," tiba-tiba kata-kataku dipotong.
"Sya, aku mau minta maaf sebelumnya. Sebenarnya aku," Eji menggantung
ucapannya
"Sebenarnya apa Ji?" tanyaku dengan harap-harap cemas. Mataku terus
menatapnya, mencari-cari sebuah jawaban lewat mata elangnya itu.
"Ji, jujur aku nggak bisa lagi menahan semua perasaan yang meluap-luap ini,"
ucapku kikuk pada sosok lelaki kurus semampai yang sedang berdiri kaku di
hadapanku.
"Jadi?" tanyanya dengan kikuk pula.
"Aku rasa, kamu sudah tahu tentang isi hati aku. Kalau boleh jujur, kamu itu
cinta pertama aku. Kamu bisa membuat aku mengerti cinta yang sebenarnya.
Dan...," tiba-tiba kata-kataku dipotong.
"Sya, aku mau minta maaf sebelumnya. Sebenarnya aku," Eji menggantung
ucapannya
"Sebenarnya apa Ji?" tanyaku dengan harap-harap cemas. Mataku terus
menatapnya, mencari-cari sebuah jawaban lewat mata elangnya itu.
Dewi Anjani, lahir pada 20 September 1985, dengan latar belakang pendidikan S1 Akuntansi Unibraw. Status menikah dan dikaruniai seorang puteri. Prestasinya di bidang penulisan antara lain; Nominasi lomba cerpen Direktorat Kepemudaan tahun 2004, cerpen dibukukan dalam Antologi “dari Zefir hingga Puncak Fujiyama”, CWI, Jakarta. Nominasi lomba cerpen UNISBandung tahun 2005 dan dibukukan dalam Antologi “Dilarang Menangis”, Bandung. Cerpen bersama FLP Malang dibukukan dalam antologi “Dua Pilihan”, Syaamil, Jakarta.
Dewi Anjani, lahir pada 20 September 1985, dengan latar belakang pendidikan S1 Akuntansi Unibraw. Status menikah dan dikaruniai seorang puteri. Prestasinya di bidang penulisan antara lain; Nominasi lomba cerpen Direktorat Kepemudaan tahun 2004, cerpen dibukukan dalam Antologi “dari Zefir hingga Puncak Fujiyama”, CWI, Jakarta. Nominasi lomba cerpen UNISBandung tahun 2005 dan dibukukan dalam Antologi “Dilarang Menangis”, Bandung. Cerpen bersama FLP Malang dibukukan dalam antologi “Dua Pilihan”, Syaamil, Jakarta.
Sebuah cerita fiksi yang ditulis oleh Bois, penulis copo yang masih harus banyak belajar. Cerita ini hanyalah sarana untuk mengilustrasikan makna di balik kehidupan semu yang begitu penuh misteri. Perlu anda ketahui, orang yang bijak itu adalah orang yang tidak akan menilai kandungan sebuah cerita sebelum ia tuntas membacanya.
Sebuah cerita fiksi yang ditulis oleh Bois, penulis copo yang masih harus banyak belajar. Cerita ini hanyalah sarana untuk mengilustrasikan makna di balik kehidupan semu yang begitu penuh misteri. Perlu anda ketahui, orang yang bijak itu adalah orang yang tidak akan menilai kandungan sebuah cerita sebelum ia tuntas membacanya.